PROTEIN
I.
Tujuan
1. Mengidentifikasi
adanya protein dalam sampel.
2. Menentukan
ikatan protein pada sampel
3. Mengetahui
ikatan kation besar yang dapat merusak muatan negatif protein.
II.
Prinsip
1. Uji
Ninhidrin : Berdasakan pada uji Ninhidrin yang membentuk aldehid yang lebih
rendah.
2. Uji
Biuret : Berdasarkan pada uji Biuret untuk mengetahui ikatan peptida dalam
suatu protein.
3. Pengendapan
dengan logan berat : Berdasarkan pada pengendapan dengan logam berat pada kation
besar yang dapat muatan negatif dari protein sehingga terjadi pengendapan.
III.
Reaksi
1. Uji
Ninhidrin
2. Uji
Biuret
3. Reaksi
protein dengan logam berat
IV.
Teori
Protein
adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino
yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu.
Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling
sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki
ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidak hadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino pada sebuah
struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul
yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan
struktur yang tepat.
Struktur
asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina
(NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen
(H), dan satu gugus sisa (R, dari residue)
atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino
dengan asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα
("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu
atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina
juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam
α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai
samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam
amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik
jika nonpolar.
Dari
struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu
gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar.
Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat
spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini
akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai
contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat
amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa
kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat.
Sifat – sifat protein :
1. Ionisasi : protein yang larut dalam
air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negative
2. Denaturasi : perubahan konformasi
alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak menentu
3. Viskositas : suatu larutan protein
dalam air mempunyai viskositas atau kekentalan yang relatif lebih besar daripada
viskositas air sebagai pelarutnya.
4. Kristalisasi : sering dilakukan
dengan jalan penambahan garam aminosulfat atau NaCl pada larutan dengan
pengaturan pH pada titik isolistriknya
5. Sistem koloid : protein mempunyai
molekul besar dan karenanya larutan protein bersifat koloid
Ada
4 tingkat struktur protein yaitu struktur primer, struktur sekunder, struktur
tersier dan struktur kuartener.
1. Struktur primer protein
Protein yang dibentuk dengan asama
amino tergabung dalam ikatan polipeptida. Setiap asam amino terhubung
dengan asam amino lainnya dalam ikatan peptida yang terbentuk karena
adanya reaksi kondensasi gugus karboksil pada setiap masing-masing asam
amino. Struktur Asam amino primer. Pada ujung dari rangkaian polipeptida yang
terbentuk mempunyai sifat kimia yang berbeda: satu ujung mempunyai gugus amino
bebas (N atau amino, NH2-) disisi satunya, sedangkan mempunyai gugus karboksil
bebas (ujung C atau karboksil, COOH-) pada ujung satunya. Oleh karena itu, arah
polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri ke kanan) maupun C →N (kanan ke
kiri).
2. Struktur Sekunder protein
Pada struktur sekunder, rangkaian
polipeptida memiliki konformasi yang berbeda. Bersifat reguler dan memiliki
pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua tipe umum struktur protein
sekunder yaitu α-heliks dan β-sheet. Keduanya terbentuk karena ikatan hidrogen
yang terjadi antara asam amino yang berbeda pada polipeptida.
3. Struktur Tersier
Struktur polipeptida yang terjadi dari lipatan komponen
struktur sekunder polipeptida yang membentuk konfigurasi tiga dimensi.
Bermacam-macam gaya ikatan hidrogen antar asam amino yang terjadi pada
rangkaian polipeptida inilah maka disebur struktur tersier. Disertai gaya
hidrofobik rangkaian ini menempatkannya (asam amino gugus non-polar) dibagian
dalam protein dengan tujuan melindunginya dari air. Selain ikatan hidrogen,
terdapat juga ikatan kovalen yang disebut juga sebagai jembatan disulfide
antara asam amino sistein di berbagai macam posisi pada rangkaian polipeptida.
4. Struktur Kuartener Protein
Asosiasi yang terjadi antara dua atau lebih rangkaian
polipeptida, dimana masing-masing terlipat menjadi struktur tersier, menjadi
protein multisubunit. Tidak semua protein membentuk struktur kuaternair. Antara
rangkian polipeptida yang berbeda struktur protein terikat dengan jembatan
disulfide. Sedangkan pada protein yang terdiri dari asosiasi subunit yang lebih
lemah akan dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik. Protein ini
dapat kembali pada komponen polipeptidanya, atau berubah komposisi subunitnya tergantung
pada kebutuhan fungsinya. Singkatnya, struktur kuartener menggambarkan
subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama membentuk struktur protein.
Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur
lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang
memutuskan molekul protein. Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya
banyak sifat-sifat biologis suatu protein.
Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan
temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan
denaturasi adalah detergent, radiasi zat pengoksidasi atau pereduksi, dan
perubahan jenis pelarut. Denaturasi dapat bersifat reversibel, jika suatu
protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang lembut seperti perubahan pH. Jika
protein dikembangkan kelingkungan alamnya, hal ini untuk memperoleh kembali
struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut
denaturasi. Denaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali. Denaturasi
protein juga dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan
garam atau bila susuna ruang atau rantai
polipeptida suatu molekul protein berubah. Dengan perkataan lain denaturasi
adalah terjadi kerusakan struktur primer, sekunder, tersier dan struktur
kuarterner, tetapi struktur primer (ikatan peptida) masih utuh.
Metode pengujian kualitatif protein
1. Uji
Ninhidrin
Ninhidrin adalah
suatu senyawa oksidator kuat yang apabila bereaksi dengan asam α amino akan
menghasilkan warna ungu. Reaksi ini terjadi dengan senyawa amin primer dan
ammonia tanpa pembebasan CO. Reaksi ninhidrin digunakan untuk mengetahui adanya
kandungan asam α-amino. Ninhidrin adalah suatu reagen yang berguna untuk
mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Apabila
bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu. Reagen ini dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Berbahaya jika tertelan
dan berbahaya jika diserap melalui kulit
atau terhirup. Biuret adalah reagen yang digunakan
untuk mendeteksi adanya ikatan peptida. Dalam uji biuret ini terdapat 2 reagen,
yakni CuSO4 dan NaOH. Reagen-reagen ini dapat berbahaya jika
tertelan, dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan iritasi saluran pernafasan
dengan luka bakar, menyebabkan iritasi mata dan kulit dan luka bakar,
higroskopis, mutagen dan kemungkinan sensitizer.
2. Uji
Biuret
Pada uji biuret,
ketika beberapa tetes larutan CuSO4 yang sangat encer ditambahkan pada alkali
kuat dari peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test yang umum
untuk protein dan diberikan oleh peptida yang berisi dua atau lebih rantai
peptida. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip
dengan struktur peptida dari protein.
3. Uji
pengendapan dengan logam
Pada pH di atas
titik isoelektrik protein bermuatan negative, sedangkan di bawah titik
isoelektrik protein bermuatan positif. Olehkarena itu untuk mengendapkan
protein dengan ion logam diperlukan pH larutan di atas titik isoelektrik,
sedangkan untuk pengendapan protein dengan ion negative memerlukan pH larutan
di bawah titik isoelektrik. Ion- ion positif yang dapat mengendapkan protein
adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+,Pb2+,Cu2+,Fe2+.
Sedangkan ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein adalah ion
salisilat, trikloroasetat, pikrat, tanat dan sulfosalisilat.
V.
Alat
dan Bahan
5.1 Alat
yang digunakan
1. Tabung
reaksi
2. Gelas
ukur
3. Pipet
tetes
4. Penangas
air
5.2 Bahan
yang digunakan
1. Buffer
asetat pH 5
2. Larutan
NaOH 10%
3. CuSO4
0,1%; 0,2%; 2%
4. Pb
asetat 2%
5. HgCl2 2%
6. FeCl
2%
7. Kasein
0,5%
8. Buffer
asetat pH 6,0; 5,3; 5,0; 4,1; 3,8
VI.
Prosedur
1. Uji
Ninhidrin
Didalam
0,1 mL larutan 2% albumin (putih telur) ditambahkan 1mL 0,1N larutan buffer
asetat pH 5 dan kemudian ditambahkan 20 tetes larutan Ninhidrin dalam aseton.
Dipanaskan larutan tersebut diatas penangas air mendidih selama beberapa menit,
diperhatikan warna yang terjadi.
2. Uji
Biuret
Didalam
tabung reaksi ditambahkan 1mL albumin 2% dan 1mL NaOH 10%, diaduk kuat-kuat.
Ditambahkan 1 tetes CuSO4, diaduk baik-baik. Jika tidak timbul warna
ditambahkan lagi beberapa tetes CuSO4 sampai terbentuk warna ungu.
Kedalam
tabung reaksi, dimasukan urea sedikit dan dipanaskan hingga melebur. Kemudian
didinginkan dan diperhatikan baunya. Larutan urea yang telah didinginkan
tersebut diatas dengan air, kemudian dilakukan reaksi biuret seperti pada cara
1.
3. Pengendapan
dengan logam berat
Didalam
1mL larutan albumin ditambahkan tetes demi tetes larutan CuSO4 2%
hingga terjadi endapan. Diperhatikan perubahan yang terjadi pada setiap kali
penetesan. Diperhatikan pula apakah endapan terbentuk, dan apakah endapan yang
terbentuk larut kembali atau ditambahkan dengan penambahan reagen yang
berlebih. Diulangi setiap percibaan (1) untuk larutan 2% Pb-asetat, 2% HgCl2,
2% FeCl3, dan 2% CuSO4.
4. Titik
isoelektrik protein
Kedalam
tabung reaksi masing-masing ditambahkan 5mL larutan 0,5% kasein (air susu).
Kemudian pada tabung tersebut masing-masing tabung ditambahkan buffer asetat pH
6,0; 5,3; 5,0; 4,1; dan 3,8. Kemudian dikocok campuran tersebut secara
baik-baik, kemudian dicatat derajat kekeruhan setelah 0 menit, 10 menit, dan 30
menit. Setelah 30 menit kelima tabung tersebut dipanaskan didalam penangas air
mendidih selama 30 menit. Pembentukan endapan atau kekeruhan paling cepat
terjadi dekat titik isoelektrik larutan protein. Diperhatikan apa yang terjadi
kemudian dicatat.
VII.
Data
pengamatan
1. Uji
Ninhidrin
Larutan yang diuji
|
Hasil
|
Katerangan
|
Albumin
+ buffer asetat pH 5 + 20 tetes larutan Ninhidrin
|
Ungu
kebiru-biruan
|
Positif
|
Kesimpulan
: terdapat reaksi asam amino pada sampel albumin
2. Uji
Biuret
Larutan yang diuji
|
Hasil
|
Keterangan
|
1mL
albumin + 0,1% CuSO4 + 10% NaOH
|
Ungu
pada tetes ke 1
|
Larutan tidak ada
endapan tetapi berubah warna menjadi warna ungu.
|
kesimpulan : terdapat
rantai peptida pada sampel
3. uji
pengendapan dengan logam berat
Larutan yang diuji
|
Hasil
|
Keterangan
|
Albumin
+ 0,2% CuSO4
|
Endapan
tetes ke 2
|
Adanya
perubahan warna biru muda
|
1mL
albumin + 2% Pb asetat
|
Endapan
tetes ke 1
|
Adanya
endapamn putih
|
1mL
albumin + 2% NaCL2
|
Endapan
tetes ke 6
|
Ada
endapan tetapi larutan bening
|
1mL
albumin + 2% FeCl3
|
Endapan
tetes ke 3
|
Ada
endapan menjadi orange
|
1mL
albumin + 2% CuSO4
|
Endapan
tetes ke 5
|
Ada
endapan warna berubah menjadi warna biru muda
|
kesimpulan : logam
berat dapat mendenaturasi protein hingga terbentuk protein
4. Uji
titik isomerelektrik
Larutan
uji
|
0
menit
|
10
menit
|
30
menit
|
Dipanaskan
|
Kasein + pH 6,0
|
+
|
++
|
+++
|
Keruh
|
Kasein + pH 5,3
|
+
|
++
|
+++
|
Keruh
|
Ka sein + pH 5,0
|
+
|
++
|
+++
|
Bening,
ada endapan
|
Kasein + pH 4,1
|
+
|
++
|
+++
|
Bening,
ada endapan
|
Kasein + pH 3,8
|
+
|
++
|
+++
|
Keruh
|
Kesimpulan : Titik
isoelektrik terdapat pada pH 5,0 dan 4,1
VIII.
Pembahasan
Protein
(akar kata protos dari bahasa Yunani yang
berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks
berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta
fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk
hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau
subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau
mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat
dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem
kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu
sumber gizi, protein
berperan sebagai sumber asam amino bagi
organisme yang
tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Pada
praktikum kali ini dilakukan beberapa pengujian pada protein diantaranya uji
Ninhidrin, uji Biuret, uji pengendapan dengan logam berat, dan uji titik
isoelektrik protein.
Uji
pertama yang dilakukan yaitu uji Ninhidrin, yang bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya asam amino pada sampel yang diujikan. Dari data pengamatan
didapat zat yang diujikan yaitu albumin + buffer asatat pH 5 + 20 tetes larutan
Ninhidrin, kemudian menghasilkan warna ungu kebiru – biruan, maka hal tersebut
menandakan adanya reaksi asam amino pada sampel albumin. Asam amino yang
mengandung asam alfa amino akan memberikan reaksi dengan larutan Ninhidrin membentuk warna biru. Pertama kali
terjadi oksidasi alfa amino oleh larutan Ninhidrin. Kemudian terjadi kondensasi
antara amonia, larutan Ninhidrin tereduksi dan larutan Ninhidrin membentuk senyawaa
kompleks berwarna biru.
pada
pengujian ke dua dilakukan uji Biuret yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya rantai peptide pada sampel yang diujikan. Sampel yang diujikan yaitu
1mL albumin + 0,1% CuSO4 + 10% NaOH menghasilkan warna ungu pada
tetes ke satu, pada larutan tersebut tidak terdapat endapan, tetapi larutan
barubah warna menjadi warna ungu. Hal ini disebabkan penambahan CuSO4
sehingga terbentuk kompleks antar Cu2+ dengan gugus amino dari
protein. Semakin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan ini menunjukan makin
panjang ikatan peptidanya. Sedangkan penambahan NaOH pada
protein telur agar bersifat basa. Bahwa jika protein didihkan dengan asam kuat
atau basa kuat yang pekat, molekulnya akan terhidrolisis menjadi molekul asam
amino. Oleh sebab itu kemungkinan penambahan NaOH agar protein terurai menjadi
asam amino. Sedangkan penambahan CuSO4 berfungsi sebagai uji positif terhadap
ikatan peptida, jika terbentuk warna ungu berarti sampel tersebut mengandung
protein.
pada
pengujian selanjutnya dilakukan uji pengendapan dengan logam berat. Dari hasil
percobaan didapat data pengamatan dari sampel albumin yang diujikan dengan
logam logam seperti CuSO4, Pb asetat, HgCl2, FeCl2,
dari data pengamatan didapat Pb asetat dan HgCl2 menghasilkan
endapan berwarna putih. Pada uji
pengendapan logam dihasilkan endapan berwarna putih dan larutan keruh. Endapan
yang terbentuk merupakan endapan yang berasal dari protein yang diuji, endapan
ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan protein. Logam Pb ini
merupakan logam yang mengandung ion positif. Dimana salah satu sifat dari logam
yang mengandung ion positif dapat menghasilkan endapan jika direaksikan dengan
protein. Sama halnya dengan Hg yang juga merupakan logam yang mengandung ion
positif yang juga dapat menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein.
Pada pengujian terakhir yaitu dilakukan pengujian titik isoelektrik, titik
isoelektrik tersebut dapat ditentukan dengan kekeruhan atau adanya endapan pada
larutan.
Dari data pengamatan yang didapat setelah dilakukan percobaan, adanya endapan
pada larutan tersebut pada pH 5,0 dan pH 4,1. Pada titik isolistrik protein
mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah
elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda
tersebut.
IX.
Kesimpulan
Pada
pengujian Ninhidrin dengan zat uji albumim + buffer asetat pH 5 + 20 tetes
larutan Ninhidrin menghasilkan warna ungu kebiru biruan, pada uji tersebut
terdapat reaski asam amino pada sampel. Pada pangujian uji biuret dengan zat
uji albumin + 0,1% CuSO4 + 10% NaOH mengahsilkan warna ungu pada
tetes ke-1, pada larutan tidak terdapat endapan tetapi berubah menjadi warna
ungu, maka terdapat rantai peptide pada sampel.
Pada
pengujian uji endapan dengan logam berat, logam berat dapat mendenaturasi
protein sehingga dapat terbentuk protein. Pada pengujian titik isoelektrik
dengan menggunakan kasein, titik isoelektrik terjadi pada pH 4,1 dan pH 5,0.
X.
Daftar
Pustaka
Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden,
1997, Dasar-dasar Kimia Organik,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Girindra, A., 1986, Biokimia I, Gramedia, Jakarta.
Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar