LIPID
I. Tujuan
1. Uji
kelarutan : Mengidentifikasi suatu lipid
2. Uji
akrolein : Untuk menentukan adanya gliserol
3. Uji
Liberman-Burchard : Untuk menentukan kolestrol dalam lipid
II. Prinsip
1. Uji
kelarutan : Berdasarkan derajat kelarutan suatu lipid dalam pelarutnya.
2. Uji
akrolein : Berdasarkan dehidratasi gliserol dan KHSO4 pada pengujian lipid yang
menghasilkan bau
3. Uji
Limberman-Burchard : Berdasarkan reaksi pembentukan warna hijau antara air dan
kaldu dan minyak dengan pelarut kloroform yang ditambah asam asetat anhidrid
dan H₂SO4 pekat.
III. Reaksi
1. Uji
akrolein
2. Uji
limberman-burchard
IV. Teori
Lipid berasal dari kata Yunani yang
berarti lemak. Secara bahasa lipid merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat
dari stukturnya, lipid merupakan senyawa trimester yang dibentuk dari senyawa
gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang. Jadi lemak disusun dari
dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol
adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon yang masing-masing mengandung
sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang,
umumnya 16 sampai 18 atom karbon, panjangnya salah satu ujung asam lemak itu
adalah kepala yang terdiri atas suatu gugus karboksil dan gugus fungsional yang
menyebabkan molekul ini disebut asam lemak, yang berikatan dengan gugus
karboksilat itu adalah hidrokarbon panjang yang disebut ekor.
Senyawa organik ini terdapat dalam semua sel dan
berfungsi sebagai :
1. Penyimpan
energi dan transport
2. Struktur
membrane
3. Kulit
pelindung, komponen dinding sel
4. Penyampai
kimia
Beberapa senyawa lipida mempunyai aktivitas biologis yang
sangat penting dalam tubuh, diantaranya vitamin dan hormon. Ditinjau dari sudut
nutrisi, lemak merupakan sumber kalori penting disamping berperan sebagai
pelarut berbagai vitamin.
a. Lipid Terhidrolisis
Lipid
terhidrolisis merupakan ester dari gliserol dengan suatu asam lemak atau asam
fosfat yang mengikat etanolamin atau serin.
b. Steroid
Steroid merupakan senyawa
turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa yang termasuk turunan
steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, dan estrogen. Pada umumnya steroid
berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur inti. Perbedaan jenis
steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada rantai samping
(cabang) yang diikatnya.
c. Terpenoid
Seperti halnya steroid,
terpenoid juga merupakan derivat dari lipid. Senyawa ini umumnya terdapat pada
minyak atsiri, misalnya sitral (minyak sereh), geraniol (minyak mawar), limonen
(jeruk), dan juga sebagai vitamin A. Berikut ini beberapa contoh senyawa
terpena.
Senyawa-senyawa yang
termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan.. Ada beberapa cara
penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar,
yaitu:
1. lipid
sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin (waxes).
2. lipid
gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya
fosfolipid, cerebrosida.
3. derivate
lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya
asam lemak, gliserol dan sterol.
Di samping itu
berdasarkan sifat kimianya yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan
besar, yaitu lipid yang dapat disabunkan, yakni yang dapat dihidrolisis dengan
basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya
steroid. Lipid dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur
kimianya, yaitu: asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen,
steroid, lipid kompleks.
Banyak lipida yang mempunyai sifat fisik
amfipatik. Istilah amfipatik yang semula digunakan oleh Hartley pada tahun
1936, memberikan turunan hidrokarbon yang mempunyai satu bagian (polar)
“bersimpati” dengan suasana air dan satu bagian hidrokarbon (hidrofobik) yang
tidak bersimpati dengan suasana air. Asam lemak
jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan
dengan fungsi alcohol. Kita dapat membuat beberapa penyamarataan mengenai asam
lemak, walaupun ada perkecualian seperti yang akan kita lihat.
1. Asam
lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus.
2. Asam
lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap.
3. Asam
lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak
terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Hewan-hewan
tingkat yang lebih tinggi dapat mengadakan biosintesa asam-asam lemak jenuh dan
yang mono tak jenuh dari sumber-sumber lain seperti karbohidrat. Asam-asam
linoleat dan linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih
tinggi tidak dapat dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan karena itu
diistilahkan asam lemak essensial.
Garam asam lemak biasanya disebut sabun. Daya pembersih
sabun bertumpu pada sifat amfipatrik molekul sabun. Dengan ion Ca++ dan
Mg++ sabun dapat membentuk garam Ca atau
Mg yang mengendap. Oleh karena itu, apabila dalam air terdapat ion-ion tersebut
atau yang disebut air sadah. Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Hal ini tampak dari
timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk. Asam lemak tak
jenuh mudah mengadakan reaksi pada ikatan rangkapnya. Dengan gas hidrogen dan
katalis Ni dapat terjadi reaksi hidrogenasi, yaitu pemecahan ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal. Proses hidrogenasi ini mempunyai arti penting karena
dapat mengubah asam lemak yang cair menjadi asam lemak padat. Ini adalah salah
satu proses pada pembuatan margarin dari minyak kepala sawit.
Lemak netral disebut juga asil gliserol atau gliserida.
Lemak ini merupakan komponen utama lemak simpanan pada sel-sel hewan dan
tumbuhan, terutama pada jaringan adipose vertebrata. Sifat-sifat fisik lemak
netral mencerminkan susunan asam lemak dari lemak. Sebagai dalil umum adalah
titik lebur suatu asam lemak berkurang dengan bertambahnya ketidakjenuhan dan
berkurangnya bobot molekulernya.
Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak
yang terkandung didalamnya diukur dengan bilangan iodium. Bilangan iodium
adalah banyaknya gram iodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram asam lemak.
Jadi, makin banyak ikatan rangkap, makin besar bilangan iodium.
Kolesterol adalah salah satu
sterol yang penting dan terdapat banyak di alam di alam. Kolesterol terdapat
pada hampir semua sel hewan dan semua manusia. Pada tubuh manusia, kolesterol
terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian luar (adrenal cortex),
dan jaringan syaraf. Mula-mula kolesterol diisolasi dari batu empedu karena
kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut. Kolesterol dapat
larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena, dan alkohol
panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam
bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, serta
mempunyai titik lebur 150-151oC.
Endapan kolesterol apabila terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Hal ini mengakibatkan juga
berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Dengan demikian, maka aliran darah akan
terganggu.
V. Alat
dan Bahan
5.1 Alat yang digunakan
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Kertas saring
4. Kaki tiga
5. Bursen
5.2 Bahan yang digunakan
1. Alcohol dingin
2. Alcohol panas
3. Air
4. Kloroform
5. Minyak goring
6. Gliserol
7. KHSO4
8. Olive oil
9. Asam palmitat
10. Kolestrol (air kaldu)
11. Asam sulfat pekat
VI.
Prosedur
1. Uji kelarutan
Disediakan 4 tabung reaksi dan ditambahkan ke dalam nya,
tabung 1 ditambahkan 2mL air, tabung 2 ditambahkan 2mL alkohol dingin, tabung 3
ditambahkan 2mL alkohol panas, tabung 4 ditambahkan 2mL kloroform. Kemudian
dimasukan kedalam tiap tabung 0,2mL minyak goreng, lalu dokocok dengan hati
hati. Diambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung dan diteteskan pada kertas
saring, adanya noda pada kertas saring menunjukan lemak/lipid yang larut.
2. Uji akrolein
Disediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu
dimasukan kedalam tabung 10 tetes olive oil, gliserol, atau sedikit asam
palmitat. Kemudian ditambahkan kedalam masing-masing tabung sejumlah volume
yang sama KHSO4, kemudian dipanaskan pelan-pelan langsung diatas
api.diperhatikan bau dari akrolein yang menusuk hidung, jangan dikacaukan
antara bau akrolein dan bau SO2.
3. Uji Limberman-Burchrad
Sedikit kolestrol (air kaldu) dilarutkan kedalam kloroform
sampai larut semuanya. Kemudian ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan 2
tetes asam sulfat pekat, kemudian dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa
menit, kemudian diperhatikan perubahan warnanya.
VII.
Data
Pengamatan
1. Uji
kelarutan
No
|
Jenis
|
Tabung
reaksi
|
Keterangan
|
1
|
Air
+ minyak goreng
|
Minyak
dan air terpisah
|
Tidak
ada noda
|
2
|
Alkohol
dingin + minyak goreng
|
Ada
endapan
|
Tidak
ada noda
|
3
|
Alkohol
panas + minyak goreng
|
Larut,
ada endapan
|
Ada
noda
|
4
|
Kloroform
+ minyak goreng
|
Larut
|
Ada
noda
|
Kesimpulan : alkohol
panas dan kloroform termasuk pelarut organik.
2. Uji
akrolein
No
|
Jenis
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
|
Olive
oil + KHSO4
|
Bau
(+)
|
Bau
tengik
|
2
|
Gliserol
+ KHSO4
|
Bau
(+)
|
Bau
tengik
|
3
|
Asam
palmitat + KHSO4
|
Bau
(+)
|
Bau
tengik
|
Kesimpulan : asam palmitat
termasuk golongan triacidgliserol
3. Uji
limberman-burchard
No
|
Jenis
|
Uji
|
Keterangan
|
1
|
Kaldu
+ kloroform
|
(-)
tidak larut
|
Tidak
ada kolestrol
|
2
|
Kaldu
+ kloroform + as. Asetat anhidrat + as. Sulfat pekat
|
(-)
tidak larut
|
Tidak
ada kolestrol
|
3
|
m.goreng
+ kloroform + as. Asetat anhidrat + as. Sulfat pekat
|
(+)
sedikit terbentuk warna hijau
|
Ada
kolestrol
|
Kesimpulan : kaldu
tidak mengandung kolestrol
VIII.
Pembahasan
Lipid adalah senyawa yang heterogen dari jaringan. Pada
dasarnya kelarutannya adalah dalam pelarut lemak, misalnya eter. Pada
komponen-komponen dari lipid dapat dipisahkan dengan perbedaan kelarutannya
dalam pelarut-pelarut organik yang berbeda. Lemak adalah suatu senyawa atau
molekul yang terbentuk dari asam lemak atau gliserol. Lemak dapat dihidrolisis
menjadi asam lemak dan gliserol dengan menggunkan larutan alkali.
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa pengujian pada
lipid diantaranya yaitu uji kelarutan, uji akrolein, dan uji limberman-buchard.
Uji pertama yang dilakuakan yaitu uji kelarutan dengan
tujuan, mengidentifikasi suatu lipid dalam larutan, dengan menggunakan sampel
minyak goreng yang dilarutkan dalam beberapa pelarut seperti air, kloroform,
alkohol panas, dan alkohol dingin. Pengujian pertama yaitu pada minyak yang
dilarutkan dalam air, pada tabung reaksi terlihat minyak dan air terpisah,
kemudian diteteskan pada kertas saring tidak terdapat noda pada kertas
tersebut, maka minyak goreng tidak larut dalam air, begitupun pada minyak goreng
yang dilarutkan dalam alkohol dingin pada tabung reaksi terdapat adanya
endapan, dan ketika diteteskan pada kertas saring tidak terdapat noda, kemudian
minyak goreng yang dilarutkan dengan menggunakann alkohol panas, minyak
tersebut larut, tetapi menimbulkan endapan, dan ketika diteteskan dalam kertas
saring terdapat noda, kemudian pada saat dilarutkan dengan kloroform minyak
goreng larut dan pada kertas saring menimbulkan noda, itu menandakan bahwa alkohol
panas dan kloroform merupakan pelarut organik.
Pada pengujian kedua dilakukan uji akrolein yang bertujuan
untuk menentukan adanya gliserol. Pada pengujian ini terdapat KHSO4 yang
berfungsi sebagai katalisator pembentukan gliserol pada sampel. Pada pengujian
olive oil ditambahkan dengan KHSO4 dan gilserol ditambahkan dengan KHSO4
menghasilkan bau tengik (+) itu menandakan bahwa kedua sempel tersebut
mengandung gliserol, sedangkan pada asam palmitat yang ditambahkan dengan
gliserol menghasilkan bau tengik berlebih. Pada penambahan KHSO4 larutan tidak ikut bereaksi karena tidak larut
dalam larutan KHSO4 hanya
berfungsi sebagai katalisator. Dengan adanya bau khas, membuktikan bahwa dalam
larutan mengandung gliserol. Ketengikan disebabkan oleh adanya
reaksi antara molekul oksigen dengan asam lemak berikatan ganda. Oleh karena
itu, olive oil, gliserol dan asam palmitat
bau tengik. Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan
bahwa kebanyakan golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen
dalam udara bebas.
Pada pengujian terakhir yaitu pengujian
Liemberman-Burchard yang bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya kolestrol
dalam suatu larutan. Sampel pertama digunakan kaldu instan kemudian ditambahkan
kloroform maka hasilnya tidak larut, kemudian kaldu instan tersebut setelah
ditambahkan kloroform ditambahkan asam asetat anhidrat dan ditambahkan asam
sulfat pekat, maka hasilnya tidak larut, itu menandakan bahwa dalam kaldu
instan tidak terdapat kolestrol. Sedangkan pasa sampel ke dua dengan
menggunakan minyak yang telah ditambah dengan kloroform, asam asetat anhidrat,
dan asam sulfat pekat menghasilkan sedikit terbentuk warna hijau, maka pada
minyak positif mengandung kolestrol.
IX.
Kesimpulan
Pada uji kelarutan kloroform dan alkohol panas merupakan
pelarut organic karena dapat melarutkan minyak (lipid). Pada uji akrolein olive
oil, gliserol, dan asam palmitat menghasilkan bau tengik, dan positif
mengandung gliserol. Asam palmitat termasuk dalam golongan triacid gliserol. Pada
uji liemberman-burchard kaldu instan yang diujikan tidak mengandung kolestrol,
dan minyak yang diujikan terdapat kolestrol.
X. Daftar pustaka
Fessenden.1992.Kimia
Organik, Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Girindra, A., 1990, Biokimia I, PT. Gramedia, Jakarta.
Ketaren, S., 2005,
Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.
Lehninger, A., 1990, Dasar-Dasar Biokimia,
Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Sudarmadji,
S., B. Haryono, dan Suhardi, 1996,
Analisa Bahan makanan dan Pertanian, Liberty Yogyakarta Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
XI.
Lampiran
11.1 Lampiran
pertanyaan
1. Bagaimana
warna dalam tabung dan jelaskan, tuliskan rumus kolestrol ?
Jawaban :
2. Berikan
alasan mengapa reaksi warna ini berguna untuk penentuan kuantitatif ?
Jawaban :
11.2 lampiran
gambar
1.
Uji
kelarutan
a. Alcohol
dingin+minyak, hasil(-)
b. Alcohol
panas+minyak(+)
c. Air+minyak,
hasil (-)
d. Kloroform+minyak,
hasil(+)
2.
Uji akrolein (zat penguji+KHSO4)
3.
Uji
Liberman-Burchrad
a. Minyak
+ 10 tetes asam asetat anhidrit + 2 tetes KHSO4
b.
Air kaldu + 10 tetes asam asetat
anhidrit + 2 tetes KHSO4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar